HAKIKAT MANUSIA MENURUT ISLAM By Ana A, Apriyati, Muhammad & Siti Khotipah
Manusia diciptakan Allah Swt. Berasal dari saripati tanah, lalu
menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk
yang paling sempurna yang memiliki berbagai kemampuan. Oleh karena itu,
manusia wajib bersyukur atas karunia yang telah diberikan Allah Swt.
Manusia menurut pandangan al-Quran, al-Quran tidak menjelaskan
asal-usul kejadian manusia secara rinci. Dalam hal ini al-Quran hanya
menjelaskan mengenai prinsip-prinsipnya saja. Ayat-ayat mengenai hal
tersebut terdapat dalam surat Nuh 17, Ash-Shaffat 11, Al-Mukminuun
12-13, Ar-Rum 20, Ali Imran 59, As-Sajdah 7-9, Al-Hijr 28, dan Al-Hajj
5.
Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal tanah dengan mempergunakan
bermacam-macam istilah, seperti : Turab, Thien, Shal-shal, dan
Sualalah. Hal ini dapat diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah
dari bermacam-macam unsure kimiawi yang terdapat dari tanah. Adapun
tahapan-tahapan dalam proses selanjutnya, al-Quran tidak menjelaskan
secara rinci. Manusia yang sekarang ini, prosesnya dapat diamati
meskipun secara bersusah payah. Berdasarkan pengamatan yang mendalam
dapat diketahui bahwa manusia dilahirkan ibu dari rahimnya yang proses
penciptaannya dimulai sejak pertemuan antara permatozoa dengan ovum.
Ayat-ayat yang menyebutkan bahwa manusia diciptakan dari tanah,
umumnya dipahami secara lahiriah. Hal ini itu menimbulkan pendapat bahwa
manusia benar-benar dari tanah, dengan asumsi karena Tuhan berkuasa ,
maka segala sesuatu dapat terjadi.
Akan tetapi ada sebagian umat islam yang berpendapat bahwa Adam bukan
manusia pertama. Pendapat tersebut didasarkan atas asumsi bahwa:
Ayat-ayat yang menerangkan bahwa manusia diciptakan dari tanah tidak
berarti bahwa semua unsure kimia yang ada dalam tanah ikut mengalami
reaksi kimia. Hal itu seperti pernyataan bahwa tumbuh-tumbuhan bahan
makanannya dari tanah, karena tidak semua unsur kimia yang ada dalam
tanah ikut diserap oleh tumbuh-tumbuhan, tetapi sebagian saja. Oleh
karena itu bahan-bahan pembuk manusia yang disebut dalam al-Quran hanya
merupakan petunjuk manusia yang disebut dalam al-Quran , hanya merupakan
petunjuk dimana sebenarnya bahan-bahan pembentuk manusia yaitu ammonia,
menthe, dan air terdapat, yaitu pada tanah, untuk kemudian bereaksi
kimiawi. Jika dinyatakan istilah “Lumpur hitam yang diberi bentuk”
(mungkin yang dimaksud adalah bahan-bahan yang terdapat pada Lumpur
hitam yang kemudian diolah dalam bentuk reaksi kimia). Sedangkan kalau
dikatakan sebagai tembikar yang dibakar , maka maksudnya adalah bahwa
proses kejadiannya melalui oksidasi pembakaran. Pada zaman dahulu tenaga
yang memungkinkan terjadinya sintesa cukup banyak dan terdapat di
mana-mana seperti panas dan sinar ultraviolet.
Ayat yang menyatakan ( zahir ayat ) bahwa jika Allah menghendaki
sesuatu jadi maka jadilah ( kun fayakun ), bukan ayat yang menjamin
bahwa setiap yang dikehendaki Allah pasti akan terwujud seketika. Dalam
hal ini harus dibedakan antara kalimat kun fayakun dengan kun fa kana.
Apa yang dikehendaki Allah pasti terwujud dan terwujudnya mungkin saja
melalui suatu proses. Hal ini dimungkinkan karena segala sesuatu yang
ada didunia juga mengalami prosi yang seperti dinyatakan antara lain
dalam surat al-A’la 1-2 dan Nuh 14.
Jika diperhatikan surat Ali Imran 59 dimana Allah menyatakan bahwa
penciptaan Isa seperti proses penciptaan Isa seperti proses penciptaan
Adam, maka dapat menimbulkan pemikiran bahwa apabila isa lahir dari
sesuatu yang hidup, yaitu maryam, maka Adam lahir pula dari sesuatu yang
hidup sebelumnya. Hal itu karena kata “tsumma” yang berarti kemudian,
dapat juga berarti suatu proses.
Perbedaan pendapat tentang apakah adam manusia pertama atau tidak,
diciptakan langsung atau melalui suatu proses tampaknya tidak akan ada
ujungnya karena masing-masing akan teguh pada pendiriannya. Jika polemik
ini senantiasa diperpanjang, jangan-jangan hanya akan menghabiskan
waktu dan tidak sempat lagi memikirkan tentang status dn tugas yang
telah ditetapkan Allah pada manusia al-Quran cukup lengkap dalam
memberikan informasi tentang itu.
Untuk memahami informasi tersebut secara mendalam, ahli-ahli kimi,
biologi, dan lain-lainnya perlu dilibatkan, agar dalam memahami
ayat-ayat tersebut tidak secara harfiah. Yang perlu diingatkan sekarang
adalah bahwa manusia oleh Allah, diharapkan menjadi khalifah ( pemilih
atau penerus ajaran Allah ). Status manusia sebagai khalifah ,
dinyatakan dalam al-baqarah 30. kata khalifah berasal dari kata khalafa
yakhlifu khilafatan atau khalifatan yang berarti meneruskan, sehingga
kata khalifah dapat diartikan sebagai pemilih atau penerus ajaran Allah.
Kebanyakan umat Islam menerjemahkan dengan pemimpin atau pengganti,
yang biasanya dihubunkan dengan jabatan pimpinan umat islam sesudah Nabi
Muhammad saw wafat , baik pimpinan yang termasuk khulafaurrasyidin
maupun di masa Muawiyah-‘Abbasiah.
Perlu diingat bahwa istilah khalifah pernah dimunculkan Abu bakar
pada waktu dipercaya untuk memimpin umat islam. Pada waktu itu beliau
mengucapkan inni khalifaur rasulillah, yang berarti aku adalah pelanjut
sunah rasulillah. Dalam pidatonya setelah diangkat oleh umat islam, abu
bakar antara lain menyatakan “selama saya menaati Allah, maka ikutilah
saya, tetapi apabila saya menyimpang , maka luruskanlah saya”. Jika
demikian pengertian khalifah, maka tidak setiap manusia mampu menerima
atau melaksanakan kekhalifahannya. Hal itu karena kenyataan menunjukkan
bahwa tidak semua orang mau memilih ajaran Allah.
Dalam penciptaannya manusia dibekali dengan beberapa unsure sebagai
kelengkapan dalam menunjang tugasnya. Unsur-unsur tersebut ialah : jasad
( al-Anbiya’ : 8, Shad : 34 ). Ruh (al-Hijr 29, As-Sajadah 9,
Al-anbiya’ :91 dan lain-lain); Nafs (al-Baqarah 48, Ali Imran 185 dan
lain-lain ) ; Aqal ( al-Baqarah 76, al-Anfal 22, al-Mulk 10 dan
lain-lain); dan Qolb ( Ali Imran 159, Al-Ara’f 179, Shaffat 84 dan
lain-lain ). Jasad adalah bentuk lahiriah manusia, Ruh adalah daya
hidup, Nafs adalah jiwa , Aqal adalah daya fakir, dan Qolb adalah daya
rasa. Di samping itu manusia juga disertai dengan sifat-sifat yang
negatif seperti lemah ( an-Nisa 28 ), suka berkeluh kesah ( al-Ma’arif
19 ), suka bernuat zalim dan ingkar ( ibrahim 34), suka membantah (
al-kahfi 54 ), suka melampaui batas ( al-‘Alaq 6 ) suka terburu nafsu (
al-Isra 11 ) dan lain sebagainya. Hal itu semua merupakan produk dari
nafs , sedang yang dapat mengendalikan kecenderungan negatif adalah aqal
dan qolb. Tetapi jika hanya dengan aqal dan qolb, kecenderungan
tersebut belum sepenuhnya dapat terkendali, karena subyektif. Yang dapat
mengendalikan adalah wahyu, yaitu ilmu yang obyektif dari Allah.
Kemampuan seseorang untuk dapat menetralisasi kecenderungan negatif
tersebut ( karena tidak mungkin dihilangkan sama sekali ) ditentukan
oleh kemauan dan kemampuan dalam menyerap dan membudayakan wahyu.
Berdasarkan ungkapan pada surat al-Baqarah 30 terlihat suatu gambaran
bahwa Adam bukanlah manusia pertama, tetapi ia khalifah pertama. Dalam
ayat tersebut, kata yang dipakai adalah jaa’ilun dan bukan khaaliqun.
Kata khalaqa mengarah pada penciptaan sesuatu yang baru, sedang kata
ja’ala mengarah pada sesuatu yang bukan baru,dengan arti kata “ memberi
bentuk baru”. Pemahaman seperti ini konsisten dengan ungkapan malaikat
yang menyatakan “ apakah engkau akan menjadikan di bumi mereka yang
merusak alam dan bertumpah darah?” ungkapan malaikat tersebut memberi
pengertian bahwa sebelum adam diciptakan, malaikat melihat ada makhluk
dan jenis makhluk yang dilihat adalah jenis yang selalu merusak alam dan
bertumpah darah. Adanya pengertian seperti itu dimungkinkan, karena
malaikat tidak tahu apa yang akan terjadi pada masa depan, sebab yang
tahu apa yang akan terjadi dimasa depan hanya Allah.
Dengan demikian al-Quran tidak berbicara tentang proses penciptaan
manusia pertama. Yang dibicarakan secara terinci namun dalam ungkapan
yang tersebar adalah proses terciptanya manusia dari tanah, saripati
makanan, air yang kotor yang keluar dari tulang sulbi, alaqah,
berkembang menjadi mudgah, ditiupkannya ruh, kemudian lahir ke dunia
setelah berproses dalam rahim ibu. Ayat berserak, tetapi dengan bantuan
ilmu pengetahuan dapat dipahami urutannya. Dengan demikian, pemahaman
ayat akan lebih sempurna jika ditunjang dengan ilmu pengetahuan.
Oleh karena al-Quran tidak bicara tentang manusia pertama. Biarkanlah
para saintis berbicara tentang asal-usul manusia dengan usaha
pembuktian yang berdasarkan penemuan fosil. Semua itu bersifat sekedar
pengayaan saint untuk menambah wawasan pendekatan diri pada Allah. Hasil
pembuktian para saintis hanya bersifat relatif dan pada suatu saat
dapat disanggah kembali, jika ada penemuan baru. Misalnya, mungkinkah
penemuan baru itu dilakukan oleh ulama islam?.
Persamaan dan perbedaan manusia dengan makhluk lain
Dibanding makhluk lainnya manusai mempunyai kelebihan-kelebihan.
Kelebihan-kelebihan itu membedakan manusia dengan makhluk lainnya.
Kelebihan manusia adalah kemampuan untuk bergerak dalam ruang yang
bagaimanapun, baik didarat, dilaut, maupun diudara. Sedangkan binatang
bergerak diruang yang terbatas. Walaupun ada binatang yang bergerak
didarat dan dilaut, namun tetap saja mempunyai keterbatasan dan tidak
bisa melampaui manusia. Mengenai kelebihan manusia atas makhluk lain
dijelaskan surat al-Isra’ ayat 70.
Disamping itu, manusia diberi akal dan hati, sehingga dapat memahami
ilmu yang diturunkan Allah, berupa al-Quran menurut sunah rasul. Dengan
ilmu manusia mampu berbudaya. Allah menciptakan manusia dalam keadaan
sebaik-baiknya (at-Tiin : 95:4). Namun demikian, manusia akan tetap
bermartabat mulia kalau mereka sebagai khalifah ( makhluk alternatif )
tetap hidup dengan ajaran Allah ( QS. Al-An’am : 165 ). Karena ilmunya
itulah manusia dilebihkan ( bisa dibedakan ) dengan makhluk lainny.
Jika manusia hidup dengn ilmu selain ilmu Allah, manusia tidak
bermartabat lagi. Dalam keadaan demikian manusia disamakan dengan
binatang, “mereka itu seperti binatang ( ulaaika kal an’aam ), bahkan
lebih buruk dari binatang ( bal hum adhal ). Dalam keadaan demikian
manusia bermartabat rendah ( at-Tiin : 4 ).
Sesi pertanyaan
1. Manusia pada dasarnya diciptakan dimuka bumi ini sebagai khalifah,
apabila manusia tidak pernah menjadi pemimpin apakah menyalahkan hakikat
sebagai manusia? Dan mengapa sampai bisa orang itu mabuk atau membunuh
?( Tryan Erlangga )
2. Kenapa al-Quran tidak menjelaskan secara rinci asal-usul kejadian
manusia, tetapi al-Quran hanya menjelaskan prinsip-prinsip seperti apa
yang dijelaskan oleh al-quran tentang manusia? ( Siti Anisa )
3. Kenapa makhluk gaib memiliki kelebihan yang lain tetapi manusia
tidak bisa seperti itu ? dan apakah dajal dapat disebut sebagai khalifah
? ( Mega Cari )
4. Kenapa zahir ayat yang menyatakan bahwa allah itu menghendaki
sesuatu jadi maka jadilah ( kun fayakun ), bukan ayat yang menjamin
bahwa setiap yang dikehendaki allah pasti akan terwujud seketika ? (
Rizal Taufik )
5. Adakah ilmu selain dari ilmu Allah ? ( Rida Dwi Maharani )
6. Apakah matematika, ilmu pengetahuan sosial, fisika termasuk ilmu Allah ? ( Dimas Ramadani )
Jawaban
1. Sebetulnya manusia hanya meneruskan ajaran allah dan manusia itu
berada dalam posisi di tengah-tengah manusia bisa menjadi positif dan
manusia bisa menjadi negatif dan semua itu kembali pada dirinya
masing-masing, tidak ada penentuannya dan manusia sendiri yang
menentukan dia bisa menjadi pemimpin yang baik itu dengan tingkah laku
dan segalanya yang dia perlihatkan. Orang bisa jahat karena kurang
keimanan dan ketakwaannya pada allah swt.
2. Karena dalam Al-Quran hanya menjelaskan prosesnya saja, hal
tersebut bisa terungkap “ Kemudian Kami jadikan dia ( Adam ) , dan Allah
meniupkan padanya ruhNya dan Allah menjadikan bagi kamu pendengaran,
penglihatan, dan hati namun sedikit sekali antara kamu bersyukur”. (
As-Sajadah : 9 ) dan terungkap juga surat Nuh : 17, Ash-Shafaat : 11,
Al-Mukminuun : 12-13, Ar-rum : 20, Ali Imran : 59, As-Sajadah : 7-9,
Al-Hijr : 28, dan Al-Hajj : 5.
3. Sebenarnya manusia itu sudah diberi kelebihan dan manusia juga
sebagai makhluk yang mulia dimata Allah dibanding dengan makhluk
lainnya. Tidak akan ada Dajal yang menjadi khalifah,karena tidak
meneruskan ajaran Allah. Dan dajjal sebagai tanda akan terjadinya kiamat
kubro dan dia akan keluar untuk menandakan akan datangnya kiamat
tersebut.
4. Karena segala sesuatu yang dikehendaki Allah akan terwujud dan
terwujudnya mengalami proses. Misalnya: pertemuan antara permatozoa
dengan ovum akan menghasilkan bayi. Sebelum bayim itu lahir kedunia
mengalamin beberapa tahap atau proses seperti diberikannya ruh, dan
pembentukan-pembentukan bentuk tubuh. Dan contoh lain adalah buah mangga
bisa ada dengan cara pada pohon itu terjadi bunga dan dari bunga baru
menghasilkan buah.
5. Tidak ada ilmu selain ilmu Allah,maksudnya hanya ilmu-ilmu yang
bermanfaat dan ilmu tersebut menuju ajaran Allah Swt,oleh sebab itu
apabila ada ilmu yang menjadikan manusia jauh dari ajaran Allah maka itu
disebut bukan ilmu Allah. contohnya Animisme, Dinamisme, ilmu Santet,
dan semua ilmu sesat.
6. Termasuk apabila dengan belajar matematika, ilmu pengetahuan
sosial maupun fisika tersebut kita dapat mengenal dan mendekatkan diri
pada Allah.